Dalam
pengertian awam, istilah bahasa Melayu mencakup sejumlah bahasa yang
saling bermiripan yang dituturkan di wilayah Nusantara
dan di Semenanjung Melayu. Sebagai bahasa yang luas
pemakaiannya, bahasa ini menjadi bahasa resmi di Brunei, Indonesia
(sebagai bahasa Indonesia), dan Malaysia
(juga dikenal sebagai bahasa Malaysia); bahasa nasional Singapura;
dan menjadi bahasa kerja di Timor Leste (sebagai bahasa Indonesia). Bahasa
Melayu merupakan lingua franca bagi perdagangan dan hubungan
politik di Nusantara sejak sekitar A.D 1500-an[1].
Migrasi kemudian juga turut memperluas pemakaiannya. Selain di negara yang
disebut sebelumnya, bahasa Melayu dituturkan pula di Afrika
Selatan, Sri Lanka, Thailand
selatan, Filipina
selatan, Myanmar
selatan, sebagian kecil Kamboja, hingga Papua Nugini.
Bahasa ini juga dituturkan oleh penduduk Pulau
Christmas dan Kepulauan Cocos, yang menjadi bagian Australia.
Dari segi linguistik,
kini ditentukan suatu rumpun bahasa Melayu yang terdiri dari 45 bahasa, yang
pada gilirannya dibagi dalam kelompok berikut :
- Trade Malay (bahasa "Melayu Pasar"), yang mencakup 11 bahasa :
- Kelompok Indonesia Timur (6 bahasa) :
- bahasa Melayu Ambon,
- bahasa Melayu Banda,
- bahasa Melayu Kupang,
- bahasa Melayu Manado,
- bahasa Melayu Maluku Utara,
- bahasa Melayu Papua,
- Bahasa Betawi;
- bahasa Melayu Bali;
- bahasa Melayu Cocos,
- bahasa Melayu Larantuka;
- bahasa Melayu Makassar;
- bahasa Bangka;
- bahasa Banjar;
- bahasa Melayu Brunei;
- bahasa Col;
- bahasa Duano;
- bahasa Haji;
- bahasa Indonesia;
- bahasa Jakun;
- bahasa Kaur;
- bahasa Kerinci;
- bahasa Kubu;
- bahasa Loncong;
- bahasa Lubu;
- bahasa Malaysia;
- bahasa Melayu Bacan;
- bahasa Melayu Berau;
- bahasa Melayu Bukit;
- bahasa Melayu Tengah;
- bahasa Melayu Jambi;
- bahasa Melayu Kedah;
- bahasa Melayu Kota Bangun Kutai;
- bahasa Melayu Patani;
- bahasa Melayu Sabah;
- bahasa Melayu Baku;
- bahasa Melayu Tenggarong Kutai;
- bahasa Dayak Melayik;
- bahasa Minangkabau;
- bahasa Musi;
- bahasa Melayu Negeri Sembilan;
- bahasa Orang Kanaq;
- bahasa Orang Seletar;
- bahasa Pekal;
- bahasa Temuan;
- bahasa Urak Lawoi'.
Kelompok Melayu
tersebut adalah yang terbesar dalam rumpun bahasa Melayik.
Perbandingan dari beberapa bahasa Melayu
Persamaan
antara berbagai bahasa dari rumpun Melayu dapat misalnya dilihat dalam
perbandingan kosa kata berikut :
Bahasa
Indonesia
|
apa
|
laut
|
lihat
|
Kucing
|
pergi
|
ular
|
keras
|
manis
|
lutut
|
apo
|
lauiʔ
|
liaiʔ/caliaʔ
|
Kuciang
|
pai
|
ula
|
kareh
|
manih
|
lutuiʔ
|
|
apo
|
lawik
|
liek
|
Kucing
|
lalui
|
ulah
|
kehas
|
manis
|
lutuik
|
|
nama
|
lawoiʔ
|
lihaiʔ
|
mi'aw
|
pi
|
ulal
|
kras
|
maneh
|
lutoiʔ
|
Perbedaan dapat
dilihat dalam versi masing-masing dari Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi
Manusia :
Bahasa
Inggris
|
Bahasa
Indonesia
|
Bahasa
Malaysia
|
Bahasa
Minangkabau
|
Universal Declaration of Human
Rights
|
Pernyataan Umum tentang Hak-Hak
Asasi Manusia
|
Perisytiharan Hak Asasi Manusia
Sejagat
|
Deklarasi Sadunia Hak-Hak Asasi
Manusia
|
Article 1
|
Pasal 1
|
Perkara 1
|
Pasal 1
|
All human beings are born free and
equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and
should act towards one another in a spirit of brotherhood.
|
Semua orang dilahirkan merdeka dan
mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati
nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
|
Semua manusia dilahirkan bebas dan
samarata dari segi maruah dan hak-hak. Mereka mempunyai pemikiran dan
perasaan hati dan hendaklah bertindak di antara satu sama lain dengan
semangat persaudaraan.
|
Sadonyo manusia dilahiakan mardeka
dan punyo martabat sarato hak-hak nan samo. Mareka dikaruniai aka jo hati
nurani, supayo satu samo lain bagaul sarupo urang badunsanak.
|
Tanah asal-usul penutur bahasa Melayu
Catatan
tertulis pertama dalam bahasa Melayu ditemukan di pesisir tenggara Pulau
Sumatera, di wilayah yang sekarang dianggap sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya. Istilah "Melayu"
sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi. Akibat
penggunaannya yang luas, berbagai varian bahasa dan dialek Melayu berkembang di
Nusantara.
Ada tiga teori
yang dikemukakan tentang asal-usul penutur bahasa Melayu (atau bentuk awalnya
sebagai anggota bahasa-bahasa
Dayak Malayik).[2]
Hudson (1970) melontarkan teori asal dari Kalimantan, berdasarkan kemiripan
bahasa Dayak Malayik (dituturkan orang-orang Dayak berbahasa Melayu)
dengan bahasa Melayu Kuna, penuturnya yang hidup di
pedalaman, dan karakter kosa kata yang konservatif.[3]Kern
(1888) beranggapan bahwa tanah asal penutur adalah dari Semenanjung Malaya dan menolak Kalimantan
sebagai tanah asal. Marrison (1975), Blus (1981), Adelaar (1985) dan James
Collins (1991) turut mengemukakan hubungan istimewa antara bahasa Champa
dan Melayu.[4]
Teori ini sempat diterima cukup lama (karena sejalan dengan teori migrasi dari
Asia Tenggara daratan) hingga akhirnya pada akhir abad ke-20 bukti-bukti
linguistik dan sejarah menyangkal hal ini (Adelaar, 1988; Belwood, 1993) dan
teori asal dari Sumatera yang menguat, berdasarkan bukti-bukti tulisan.
Sejarah
Lihat pula: Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Melayu
termasuk dalam bahasa-bahasa Melayu Polinesia di bawah rumpun bahasa Austronesia. Menurut statistik
penggunaan bahasa di dunia,
penutur bahasa Melayu diperkirakan mencapai lebih kurang 250 juta jiwa yang
merupakan bahasa keempat dalam urutan jumlah penutur terpenting bagi
bahasa-bahasa di dunia.
Prasasti Telaga
Batu, salah satu catatan bahasa Melayu terawal.
Catatan tertulis
pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7
Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera
dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah.
Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa.[7]
Selanjutnya, bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai tempat, meskipun
dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.
Sejarah
penggunaan yang panjang ini tentu saja mengakibatkan perbedaan versi bahasa
yang digunakan. Ahli bahasa membagi perkembangan bahasa Melayu ke dalam tiga
tahap utama, yaitu
- Bahasa Melayu Kuna (abad ke-7 hingga abad ke-13)
- Bahasa Melayu Klasik, mulai ditulis dengan huruf Jawi (sejak abad ke-15)
- Bahasa Melayu Modern (sejak abad ke-20)
Walaupun
demikian, tidak ada bukti bahwa ketiga bentuk bahasa Melayu tersebut saling
bersinambung. Selain itu, penggunaan yang meluas di berbagai tempat memunculkan
berbagai dialek bahasa Melayu, baik karena penyebaran penduduk dan isolasi,
maupun melalui kreolisasi.
Selepas masa
Sriwijaya, catatan tertulis tentang dan dalam bahasa Melayu baru muncul
semenjak masa Kesultanan Malaka (abad ke-15). Laporan Portugis
dari abad ke-16 menyebut-nyebut mengenai perlunya penguasaan bahasa Melayu
untuk bertransaksi perdagangan. Seiring dengan runtuhnya kekuasaan Portugis di
Malaka, dan bermunculannya berbagai kesultanan di pesisir Semenanjung Malaya,
Sumatera, Kalimantan, serta selatan Filipina, dokumen-dokumen tertulis di
kertas dalam bahasa Melayu mulai ditemukan. Surat-menyurat antarpemimpin
kerajaan pada abad ke-16 juga diketahui telah menggunakan bahasa Melayu. Karena
bukan penutur asli bahasa Melayu, mereka menggunakan bahasa Melayu yang
"disederhanakan" dan mengalami percampuran dengan bahasa setempat,
yang lebih populer sebagai bahasa Melayu Pasar (Bazaar
Malay). Tulisan pada masa ini telah menggunakan huruf Arab
(kelak dikenal sebagai huruf Jawi) atau juga menggunakan huruf
setempat, seperti hanacaraka.[7]
Rintisan ke
arah bahasa Melayu Modern dimulai ketika Raja Ali Haji,
sastrawan istana dari Kesultanan Riau Lingga, secara sistematis
menyusun kamus ekabahasa bahasa Melayu (Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu
Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama) pada
pertengahan abad ke-19. Perkembangan berikutnya terjadi ketika sarjana-sarjana
Eropa (khususnya Belanda
dan Inggris)
mulai mempelajari bahasa ini secara sistematis karena menganggap penting
menggunakannya dalam urusan administrasi. Hal ini terjadi pada paruh kedua abad
ke-19. Bahasa Melayu Modern dicirikan dengan penggunaan alfabet Latin
dan masuknya banyak kata-kata Eropa. Pengajaran bahasa Melayu di sekolah-sekolah sejak awal
abad ke-20 semakin membuat populer bahasa ini.
Di Indonesia,
pendirian Balai Poestaka (1901) sebagai percetakan buku-buku pelajaran dan
sastra mengantarkan kepopuleran bahasa Melayu dan bahkan membentuk suatu varian
bahasa tersendiri yang mulai berbeda dari induknya, bahasa Melayu Riau.
Kalangan peneliti sejarah bahasa Indonesia masa kini menjulukinya "bahasa
Melayu Balai Pustaka"[8]
atau "bahasa Melayu van Ophuijsen". Van Ophuijsen adalah orang yang pada tahun
1901 menyusun ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin untuk penggunaan di
Hindia-Belanda. Ia juga menjadi penyunting berbagai buku sastra terbitan Balai
Pustaka. Dalam masa 20 tahun berikutnya, "bahasa Melayu van
Ophuijsen" ini kemudian dikenal luas di kalangan orang-orang pribumi dan
mulai dianggap menjadi identitas kebangsaan Indonesia. Puncaknya adalah ketika
dalam Kongres Pemuda II (28 Oktober 1928) dengan jelas dinyatakan,
"menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Sejak saat itulah
bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa kebangsaan.
Introduksi
varian kebangsaan ini mendesak bentuk-bentuk bahasa Melayu lain, termasuk bahasa Melayu Tionghoa,
sebagai bentuk cabang dari bahasa Melayu Pasar, yang telah populer dipakai
sebagai bahasa surat kabar dan berbagai karya fiksi di dekade-dekade akhir abad
ke-19. Bentuk-bentuk bahasa Melayu selain varian kebangsaan dianggap bentuk
yang "kurang mulia" dan penggunaannya berangsur-angsur melemah.
Pemeliharaan
bahasa Melayu baku (bahasa Melayu Riau) terjaga akibat meluasnya penggunaan
bahasa ini dalam kehidupan sehari-hari. Sikap orang Belanda yang pada waktu itu
tidak suka apabila orang pribumi menggunakan bahasa Belanda juga menyebabkan
bahasa Melayu menjadi semakin populer.
Pada awal tahun
2004, Dewan Bahasa dan Pustaka (Malaysia) dan
Majelis Bahasa Brunei Darussalam - Indonesia - Malaysia (MABBIM)
berencana menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dalam organisasi ASEAN, dengan memandang
lebih separuh jumlah penduduk ASEAN mampu bertutur dalam bahasa Melayu. Rencana
ini belum pernah terealisasikan, tetapi ASEAN sekarang selalu membuat dokumen
asli dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan ke dalam
bahasa resmi masing-masing negara anggotanya.
Varian-varian bahasa Melayu
Lihat artikel utama: Daftar varian
bahasa Melayu
Bahasa Melayu
sangat bervariasi. Penyebab yang utama adalah tidak adanya institusi yang
memiliki kekuatan untuk mengatur pembakuannya. Kerajaan-kerajaan Melayu hanya
memiliki kekuatan regulasi sebatas wilayah kekuasaannya, padahal bahasa Melayu
dipakai oleh orang-orang jauh di luar batas kekuasaan mereka. Akibatnya muncul
berbagai dialek (geografis) maupun sosiolek (dialek sosial). Pemakaian bahasa
ini oleh masyarakat berlatar belakang etnik lain juga memunculkan berbagai
varian kreol di mana-mana, yang masih dipakai hingga sekarang. Bahasa Betawi,
suatu bentuk kreol, bahkan sekarang mulai memengaruhi secara kuat bahasa
Indonesia akibat penggunaannya oleh kalangan muda Jakarta dan dipakai secara
meluas di program-program hiburan televisi nasional.
Ada kesulitan
dalam mengelompokkan bahasa-bahasa Melayu. Sebagaimana beberapa bahasa di
Nusantara, tidak ada batas tegas antara satu varian dengan varian lain yang
penuturnya bersebelahan secara geografis. Perubahan dialek seringkali bersifat
bertahap. Untuk kemudahan, biasanya dilakukan pengelompokan varian sebagai
berikut:
- Bahasa-bahasa Melayu Tempatan (Lokal)
- Bahasa-bahasa Melayu Kerabat (Paramelayu, Paramalay = Melayu "tidak penuh")
- Bahasa-bahasa kreol (bukan suku/penduduk melayu) berdasarkan bahasa Melayu
Jumlah penutur
bahasa Melayu di Indonesia sangat banyak, bahkan dari segi jumlah melampaui
jumlah penutur bahasa Melayu di Malaysia maupun di Brunei Darussalam. Bahasa
Melayu dituturkan mulai sepanjang pantai timur Sumatera,
Kepulauan
Riau, Kepulauan Bangka
Belitung, Jambi,
Sumatera
Selatan, Bengkulu hingga pesisir Pulau Borneo dan kota
Negara, Bali.[9]
Dialek Melayu Indonesia
- Dialek Tamiang : dituturkan di kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam
- Dialek Langkat : dituturkan di kawasan Langkat, Sumatera Utara
- Dialek Deli : dituturkan di Medan, Deli Serdang dan Serdang Bedagai
- Dialek Asahan : dituturkan di sepanjang wilayah pesisir kabupaten Asahan
- Dialek Kualuh : dituturkan di sepanjang wilayah aliran hulu sampai hilir sungai Kualuh kabupaten Labuhanbatu Utara
- Dialek Bilah : dituturkan di sepanjang wilayah hilir aliran sungai Bilah kabupaten Labuhanbatu
- Dialek Panai : dituturkan di sepanjang wilayah hilir aliran sungai Barumun kabupaten Labuhanbatu
- Dialek Kotapinang : dituturkan di sepanjang wilayah aliran sungai Barumun kabupaten Labuhanbatu Selatan
- Dialek Melayu Riau : dituturkan di kawasan Kepulauan Riau
- Dialek Melayu Riau Daratan : terbagi atas beberapa dialek lainnya tergantung wilayah (Siak, Rokan, Inderagiri, Kuantan)
- Dialek Anak Dalam : kemungkinan termasuk kelompok Kubu, Talang Mamak di kawasan Riau dan Jambi
- Dialek Melayu Jambi : dituturkan di provinsi Jambi
- Dialek Melayu Bengkulu : dituturkan di kota Bengkulu
- Dialek Melayu Palembang : dituturkan di kota Palembang dan Kota Muara Enim dan sekitarnya
- Dialek Bangka-Belitung : dituturkan di provinsi Bangka-Belitung sedikit perbedaan antara pengucapan kata sebagai contoh kata "APA-Ind" bangka menggunakan "APE" seperti mengucapkan kata "PEPES" dan Belitung "APE" seperti mengucapkan kata "Remang".
- Dialek Bahasa Melayu Pontianak : dituturkan di kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya dan kota Pontianak, Kalimantan Barat
- Dialek Landak : kabupaten Landak dan sekitarnya, Kalimantan Barat
- Dialek Sambas : dituturkan di kabupaten Sambas dan sekitarnya,Kalimantan Barat
- Dialek Ketapang : dituturkan di kabupaten Ketapang dan sekitarnya, Kalimantan Barat terdiri 2 dialek kota Ketapang dan Balai Berkuak.[10]
- Dialek Berau : dituturkan di kabupaten Berau dan sekitarnya, Kalimantan Timur
- Dialek Kutai : dipakai di kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur
- Dialek Loloan : dituturkan di kota Negara, Jembrana, Bali.
Dialek Riau
Kepulauan dan beberapa
kawasan di Riau Daratan dituturkan sama seperti Dialek Johor.
Bahasa kerabat Melayu
"Bahasa
kerabat" adalah bahasa-bahasa lain yang serupa dengan Bahasa Melayu, namun
masih ada perbedaan pendapat mengenai soal itu. Mereka adalah
- Bahasa Minangkabau (min) di Sumatera Barat
- Bahasa Banjar (bjn) di Kalimantan Selatan
- Bahasa Kedayan (kxd) (Suku Kedayan) di Brunei, Sarawak
- Dialek Melayu Kedah (meo) (Melayu Satun)
- Dialek Melayu Pulau Kokos (coa)
- Dialek Melayu Pattani (mfa)
- Dialek Melayu Sabah (msi)
- Dialek Melayu Bukit(Bahasa Bukit) (bvu) (Suku Dayak Bukit) di Kalimantan Selatan
- Bahasa Serawai (srj) di Bengkulu
- Bahasa Rejang (rej) di Rejang Lebong, Bengkulu
- Bahasa Lebong di Lebong, Bengkulu
- Bahasa Rawas (rws) di Musi Rawas, Sumatera Selatan
- Bahasa Penesak (pen) di Prabumulih, Sumatera Selatan
- Bahasa Komering di Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
- Bahasa Enim (eni)
- Bahasa Musi (mui)
- Bahasa Kaur (vkk)
- Bahasa Kerinci/(Kerinci-Sakai-Talang Mamak)(vkr)
- Bahasa Kubu (kvb)
- Bahasa Lematang (lmt)
- Bahasa Lembak (liw)
- Bahasa Lintang (lnt)
- Bahasa Lubu (lcf)
- Bahasa Loncong/Orang Laut (lce)
- Bahasa Sindang Kelingi (sdi)
- Bahasa Semendo (sdd)
- Bahasa Rawas (rws)
- Bahasa Ogan (ogn)di Ogan Ilir, Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
- Bahasa Pasemah ( pse) di Sumatera Selatan
- Bahasa Suku Batin [sbv] di Jambi
- Bahasa Kutai di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
- Dialek Tenggarong - Melayu Kutai (vkt)
- Dialek Kota Bangun - Melayu Kutai (mqg)
Bahasa Melayu Kreol
Bahasa Melayu
sudah lama dikenal sebagai bahasa antarsuku bangsa khususnya di Indonesia.
Dalam perkembangannya terutama kawasan-kawasan berpenduduk bukan Melayu dan
mempunyai bahasa masing-masing, bahasa Melayu mengalami proses pidginisasi dengan
berbaurnya berbagai unsur bahasa setempat ke dalam bahasa Melayu dan karena
dituturkan oleh anak-anaknya, bahasa Melayu mengalami proses Kreolisasi.
[9]
Bahasa Melayu, khususnya di Indonesia Timur diperkenalkan pula oleh para
misionaris asal Belanda
untuk kepentingan penyebaran agama Kristen.
Di pulau Jawa,
terutama di Jakarta,
bahasa Melayu mengalami proses kreolisasi yang unsur dasar bahasa Melayu Pasar
tercampur dengan berbagai bahasa di sekelilingnya, khususnya bahasa
Tionghoa, bahasa Sunda, bahasa Jawa,
bahasa Bali,
bahasa Bugis,
bahkan unsur bahasa Belanda dan bahasa
Portugis. Melayu dalam bentuk kreol ini banyak dijumpai di Kawasan
Indonesia Timur yang terbentang dari Manado hingga Papua.
Bentuk Melayu
Kreol tersebut antara lain :
- Dialek Melayu Jakara bahasa Betawi : dituturkan di Jakarta dan sekitarnya
- Dialek Melayu Indonesia Peranakan: banyak dituturkan oleh kalangan orang Tionghoa di pesisir Jawa Timur dan Jawa Tengah.
- Dialek Melayu Manado (bahasa Manado): dipakai sebagai lingua franca di Sulawesi Utara
- Dialek Melayu Maluku Utara (max): dipakai di hampir seluruh Maluku Utara
- Dialek Melayu Bacan (btj): dipakai di kawasan pulau Bacan, Maluku Utara
- Dialek Melayu Ambon : dipakai sebagai bahasa ibu bagi warga kota Ambon, dan bahasa kedua bagi warga sekitarnya
- Dialek Melayu Banda : berbeda dengan Melayu Ambon, dan digunakan di kawasan Kepulauan Banda, Maluku
- Dialek Melayu Larantuka : dipakai di kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur
- Dialek Melayu Kupang : menjadi lingua franca di wilayah Kupang dan sebagian Pulau Timor
- Dialek Melayu Papua : Papua, Papua Barat
- Dialek Melayu Makassar (mfp) : Sulawesi Selatan
Dialek luar Indonesia
Dialek-dialek
bahasa Melayu di Malaysia adalah seperti berikut:
- Dialek Utara (Kedah, Perlis, Penang & Perak Utara) : dituturkan di negara bagian Kedah, Pulau Pinang, Perlis dan bagian utara negara bagian Perak. Terbahagi kepada beberapa sub-dialek seperti Perlis, Pulau Pinang, Kedah Utara dan Kedah Hilir. Dialek yang dituturkan oleh penduduk di Kedah Timur menampakkan banyak persamaan dengan dialek Kelantan dan Pattani, dialek ini dikenali sebagai dialek Kedah Hulu.
- Dialek Kelantan : dituturkan di negera bagian Kelantan dan daerah Besut, Terengganu. Penduduk di beberapa buah daerah di Kedah seperti Baling, Sik dan Kuala Nerang bertutur di dalam dialek yang menampakkan banyak persamaan dengan Dialek Kelantan. Dialek Kelantan merupakan sub-dialek Dialek Pattani ataupun Yawi.
- Bahasa Melayu Terengganu: dituturkan di Terengganu kecuali daerah Besut dan sebahagian negeri Pahang. Catatan terawal bahasa Melayu di Terengganu tertulis pada Prasasti Terengganu yang tercatat pada tahun 1326 atau 1386 Masehi.
- Dialek Perak - Dialek ini terbahagi kepada tiga pecahan kecil:
- Dialek Perak Tengah : dituturkan di bagian tengah negara bagian Perak.
- Dialek Perak Selatan : dituturkan di bagian selatan negara bagian Perak.
- Dialek Perak Timur: dituturkan di bahagian timur negara bahagian Perak iaitu Lenggong, Grik dan Kroh yang bersempadan dengan Thailand, Kedah dan Kelantan. Dialek yang dituturkan mempunyai campuran Dialek Utara,Dialek Perak dan Dialek Kelantan/Petani.
- Dialek Selangor - KL : dituturkan di negara bagian Selangor, Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Putrajaya serta kota-kota besar di Semenanjung Malaysia.
- Dialek Negeri : dituturkan di negara bagian Negeri Sembilan dan kawasan Taboh Naning, Melaka.
- Dialek Malaka : dituturkan di negara bagian Melaka kecuali kawasan Taboh Naning.
- Dialek Johor - Riau : dituturkan di negara bagian Johor dan selatan Pahang.
- Dialek Pahang - Negara bagian Pahang kaya dengan pelbagai jenis dialek daerah yang dituturkan di daerah-daerah di mana Sungai Pahang mengalir:-
- Hulu Sungai Pahang : Dialek Jerantut, Lipis, Bentong dan Raub (dituturkan dengan cepat dari segi kelajuan percakapan).
- Pertengahan Sungai Pahang : Dialek Temerloh (dituturkan secara sederhana dari segi kelajuan percakapan).
- Hilir Sungai Pahang : Dialek Chenor dan Pekan (dituturkan dengan perlahan dari segi kelajuan percakapan).
- Dialek Labuan - dituturkan di Persekutuan Labuan (sejenis dialek campuran antara bahasa Kedayan dan bahasa Melayu Brunei).
- Dialek Sabah - Negara bagian Sabah mempunyai beberapa jenis dialek Melayu yaitu:-
- Dialek Melayu Sabah - dituturkan di seluruh negara bagian Sabah dan merupakan dialek utama di negera bagian tersebut.
- Dialek Kokos / Cocos - dituturkan oleh orang Melayu keturunan Kokos / Cocos di Tawau, Lahad Datu, Kunak, Sandakan dan Kepulauan Cocos (Keeling), wilayah Australia.
- Dialek Baba - Sejenis dialek campuran antara bahasa Melayu dan dialek Hokkien. Dialek ini terbahagi kepada tiga pecahan kecil iaitu:-
- Dialek Baba Melaka - dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di negara bagian Melaka. Ia merupakan dialek asal bagi dialek Melayu Baba.
- Dialek Baba Pulau Pinang - dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di negara bagian Pulau Pinang.
- Dialek Baba Singapura - dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di Republik Singapura.
Dialek Johor -
Riau juga dituturkan di Republik Singapura dan Provinsi Riau dan Kepulauan
Riau, Indonesia.
Dialek-dialek
bahasa Melayu di Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand
adalah seperti berikut:
- Dialek Singapura : dituturkan di Republik Singapura. Dialek ini merupakan pecahan dari dialek Johor-Riau.
- Dialek Brunei : dituturkan di Kerajaan Brunei Darussalam serta bagian pedalaman, negara bagian Sabah dan Wilayah Persekutuan Labuan, Malaysia.
- Dialek Patani : dituturkan di provinsi Pattani, Narathiwat, Yala dan Songkhla di Kerajaan Thailand.
- Dialek Melayu Bangkok : Dituturkan oleh masyarakat Melayu di kawasan Bangkok, agak berbeda dengan dialek di bahagian Selatan Thailand.
Kini,
kebanyakan angkatan baru sudah kehilangan upaya untuk bercakap dalam dialek ibu
dan bapak mereka karena adanya penerapan bahasa Melayu ketetapan dalam
pendidikan negara. Karena ada perbedaan dialek yang amat nyata, kadang kala
penutur bahasa Melayu dari dialek tertentu tidak dapat mamahami penutur dialek
yang lain terutama sekali dialek Kelantan, Sarawak dan Sabah.
Di luar wilayah
tersebut, terdapat pula dialek Srilangka yang perlahan-lahan mulai punah, serta
dialek Afrika Selatan, yang dipakai oleh pengikut Syekh Yusuf
yang dibuang
Catatan
Ortografik:
- Huruf k pada akhir perkataan atau sebelum konsonan dalam perkataan Melayu jati disebut [ʔ].
- Kombinasi bagi sebutan [ŋg] diwakili sebagai ngg.
- Huruf x biasanya dibunyikan sebagai [ks], [s] atau [z].
Senarai
fonem vokal di dalam bahasa Melayu
|
|||
Ketinggian
|
Depan
|
Tengah
|
Belakang
|
Tertutup
|
i [i]
|
u [u]
|
|
Pertengahan
|
e [e, ɛ]
|
e [ə]
|
o [o, ɔ]
|
Terbuka
|
a [a]
|
a [ɑ]
|
Senarai
diftong di dalam Bahasa Melayu
|
|
Ortografi
|
IPA
|
Ai
|
[aɪ̯,
ai]
|
Au
|
[aʊ̯,
au]
|
Ua
|
[ua]
|
Terdapat 2
sebutan vokal yang diwakili oleh huruf "e", yaitu [e, ɛ] dan [ə].
Pelajar bahasa Melayu berupaya untuk membedakan antara 2 sebutan tersebut
setiap kali mempelajari perkataan baru.
Di dalam
beberapa tempat di Semenanjung Malaysia, terutamanya di
kawasan tengah dan selatan, kebanyakan perkatan yang berakhir dengan huruf a
selalu diucapkan sebagai [ə] pepet. Lain halnya dengan bahasa
Indonesia, perkataan yang berakhir dengan huruf a selalu
diucapkan a juga. Di Indonesia banyak dialek Melayu sehingga pengucapan
huruf a di belakang berbeda-beda setiap daerah, contohnya di provinsi Riau, Melayu Pontianak,
Melayu Kayong, huruf tersebut diucapkan sebagai [ə], di provinsi DKI Jakarta,
Musi Rawas
dan Melayu Sambas, huruf tersebut diucapkan e (dalam kata enak),
diucapkan "o" oleh Melayu Bengkulu, Melayu Palembang, Melayu Jambi,
Minangkabau, dan diucapkan "a" seperti bahasa Melayu Baku dalam
bahasa Banjar, Kutai, Berau, Kedayan, Kanayatn, Salako, Melayu Ambon, Melayu
Manado dan kawasan timur Indonesia.
Kata serapan Bahasa Melayu
Rujukan yang disebut dalam artikel
- Adelaar, K.A. 1988. More on Proto-Malayic. Dalam: Mohd. Thani Ahmad dan Zaini Mohammed Zain (peny.) Rekonstruksi dan cabang-cabang Bahasa Melayu induk, pp.59-77. Seri monograf sejarah bahasa Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
- Bellwood, P. 1993. Cultural and biological differentiation in peninsular Malaysia: the last 10,000 years. Asian Perspectives 32:37-60.
- Hudson, A.B. 1970. A note on Selako: Malayic Dayak and Land Dayak languages in West Borneo. Sarawak Museum Journal 18:301-318.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar