Rabu, 30 Mei 2012

Fugsi Media Masa Bagi Agama
Dalam bidang politik, sekularisme sangat menentang konsep negara Islam atau negara yang diatur oleh hukum-hukum Islam. Faham seperti inilah yang diserukan oleh JIL. Dalam manifestonya, JIL menegaskan; “Kami yakin, agama harus dipisahkan. Kami menentang negara agama (teokrasi). Kami yakin, bentuk negara yang sehat bagi kehidupan agama dan politik adalah negara yang me-misahkan kedua wewenang tersebut. Agama adalah sumber inspirasi yang dapat mempengaruhi kebijakan pub-lik, tetapi agama tidak punya hak suci untuk menentukan segala bentuk kebijakan publik. Agama berada di ruang privat, dan urusan publik harus diselenggarakan melalui proses konsensus (kesepakatan masyarakat).”
Kesimpulannya, mereka ingin memisahkan secara tegas antara agama dan negara, antara syari’at dan kehidupan masyarakat. Mereka hendak mengucilkan agama di masjid-masjid dan surau-surau saja. Bagi mereka, agama hanyalah seperangkat hukum-hukum yang mengatur hu-bungan antara seorang hamba dengan Kholiq-Nya semata.
 Dalam Bidang Media Massa
Siapa saja yang mengamati media massa Indonesia akan dengan mudah menyimpulkan bahwa ia berada dalam genggman sekularisme. Itu ditandai oleh kebebasan yang tanpa batas dalam menyatakan pendapat. Dengan dalih kebebasan berekspresi  atau menyatakan pendapat, semua pemikir-pemikir sesat seperti JIL, kaum sekuler dan lain-lainnya bebas berbicara apa saja. Dan lebih parah lagi, sebagian besar yang disesatkan oleh media massa tersebut adalah umat Islam. Tidak jarang kita dapati di koran-koran nasional kita, tulisan tentang kecaman terhadap penerapan syari’at Islam, dukungan terhadap pornografi dan porno aksi, pengolok-olokan terhadap sebagian hukum Islam dan sebagainya.
Media massa kita tidak mengenal batas-batas syari’at,  baik dalam pemi-kiran maupun dalam akhlak. Tidak sedikit pemikiran-pemikirannya yang menyimpang dari aqidah Islam bahkan telah keluar dari Islam, nampang di televisi atau muncul di koran-koran dan majalah. Penyimpa-ngan dari sisi akhlak juga terlihat sangat jelas. Wanita-wanita yang mengumbar aurat semakin membanjiri pertelevisian dan media massa kita. Bahkan majalah paling porno sedunia telah mengan-tongi izin terbit dari pemerintah. Pada-hal para ulama dan masyarakat telah lantang berteriak menolaknya, di sini kita semua patut bertanya-tanya, hen-dak dibawa kemana rakyat Indonesia?
Sedang stasiun-stasiun televisi swasta berlomba-lomba menampil-kan para penyanyi wanita dan artis-artis erotis dalam rangka menyedot iklan dan untungan materi. Lalu, hendak dikema-nakan generasi muda kita?
Fungsi Media Masa Bagi Moral
Sekularisme dalam bidang akhlak artinya membebaskan tersebar luas-nya pornografi; prilaku seksual yang menyimpang seperti homoseks, lesbian, kumpul kebo; meremehkan norma-norma agama dan nilai-nilai kesucian. Kaum sekuler menyenangi tersebarnya kemaksiatan dengan dalih kebebasan dan hak-hak individu. Mereka mengagumi para artis dan selebritis, sebaliknya antipati ter-hadap nilai-nilai kesucian. Tidak heran jika Ulil Abshor mengatakan bahwa jilbab adalah budaya Arab yang diserap oleh kaum Muslimin non Arab. Sebenarnya tidak wajib seorang wanita Muslimah berjilbab.
Fungsi Media Masa Bagi Agama
Islam mengajarkan bahwa loyalitas (ikatan) haruslah didasarkan atas landasan aqidah dan iman. Artinya, siapa pun yang seaqidah dengan kita, maka ia saudara kita, baik satu bangsa dengan kita atau tidak. Islam tidak tidak mengenala faktor pemersatu selain ikatan iman dan islam.
Alloh  berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damai-kanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Alloh supaya kamu mendapat rahmat.”  Sedangkan paham sekuler meng-ajarkan bahwa loyalitas didasarkan pada kebangasaan. Artinya, aqidah apapun yang dianut oleh seseorang, baik Yahudi, Nasroni, Hindu, atau Budha, jika ia satu bangsa dengan kita maka ia saudara kita, satu rumpun dengan kita, memiliki hak-hak yang sama dengan kita, berhak untuk memimpin dan dipimpin. Inilah paham kebangsaan sekuler yang sangat ditentang oleh Islam. Tetapi paham seperti inilah yang diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan kita sejak SD sampai perguruan tinggi.
Bagaimana Cara Penjajah Menanamkan Sekularisme di Indonesia?
Di antara cara-cara utama yang dilakukan oleh penjajah dalam mena-namkan sekularisme di Indosesia adalah merubah siasat dari bentuk penjajahan militer kepada penjajahan pemikiran. Caranya ialah dengan mendidik dan mengkader putera-putera pribumi yang kelihatan berbakat untuk kemudian mereka jadikan kaki tangan mereka dalam mempertahankan kondisi yang non Islami. Dengan cara seperti ini, pemikiran-pemikiran sekuler yang mereka lontarkan lebih mudah diterima oleh masyarakat, karena mereka berbicara dengan bahasa kita sendiri, satu bangsa dengan kita bahkan mengaku satu agama dengan kita. Kenyataan menunjukkan, bahwa mereka (para kaki tangan penjajah itu) lebih berhasil dalam menanamkan paham sekuler dan melestarikan undang-undang warisan penjajah dibandingkan melalui jalan pemak-saan secara militer.
Ini adalah suatu strategi musuh-musuh Islam dalam menjauhkan umat dari syari’at Islam. Metode seperti ini ternyata masih terus mereka terapkan sampai saat ini.
Akibat Dari Penerapan Sekularisme
 Akibat dari diterapkannya paham yang merusak ini sangat banyak. Di antaranya ialah:
1.    Gaya hidup generasai Islam ter-lepas dari ikatan akhlak dan nilai-nilai Islam. Pola hidup mereka mulai mengarah kebarat-baratan, baik dalam suluk ((perilaku), adat istiadat dan budaya.
2.    Bebasnya kelompok-keompok sesat menyerukan paham-paham mereka.
3.    Tersebarnya berbagai macam kemungkaran dan kerusakan moral disetiap tempat. Mulai dari kota sampai ke desa-desa terpencil.
4.    Turunnya laknat Alloh  akibat dari menjamurnya dosa-dosa dan kemaksiatan. Sebagian dari hu-kuman-Nya berupa datangnya berbagai bencana alam yang merenggut banyak korban, seperti gempa bumi, banjir bandang, tanah longsor dan sebagainya. (Admin-HASMI).
Fungsi Media Masa Pada Moraljiwa Dan Agama Bagi Kita

‘’’’’’’’’’’’’’
Fungsi Media Masa Bagi Ekonomi
Perekonomian yang telah mengalami perkembangan pesat dalam tiga dekade terakhir tidak lepas dari adanya liberalisasi perekonomian di banyak negara. Banyak negara yang melakukan perdagangan-perdagangan bebas baik dalam skala bilateral maupun multilateral.
Perekonomian  dalam sektor keuangan juga menjadi sangat terintegrasi. Namun, kondisi tersebut membuat frekuensi krisis ekonomi semakin banyak. Kaminsky dan Reinhart (1999) menyatakan bahwa intensitas krisis keuangan lebih banyak setelah banyak negara melakukan liberalisasi keuangan di tahun 1980an.
Selain itu seiring dengan tingginya globalisasi, demokrasi menjadi banyak diterima di banyak negara. Demokrasi tersebut melahirkan adanya kebebasan dalam berpendapat, terutama kebebasan media massa. Dengan didukung dengan teknologi yang juga semakin berkembang, peran media massa menjadi semakin vital dalam menyediakan dan menyampaikan informasi.
Dalam artikel ini akan dijelaskan tentang peran media massa di dalam krisis ekonomi. Setidaknya di dalam artikel ini akan menjawab tiga pertanyaan penting: Apakah semakin majunya dan cepatnya media massa dalam menyampaikan informasi turut mempercepat krisis ekonomi? Apakah krisis ekonomi dapat disebabkan oleh media massa itu sendiri? Dan bagaimanakah peran media massa di dalam upaya pemulihan ekonomi?
Setelah membahas tentang peran media massa dalam perekonomian dan krisis finansial global 2008, selanjutnya adalah mencari kaitan antara peran media massa tersebut di dalam krisis finansial global.  Dari berbagai informasi yang disajikan oleh media massa terdapat informasi yang sifatnya lebih spekulatif, jauh dari pendugaan emipiris atau lainnya, yang dikenal dengan rumor.
Dalam krisis finansial 2008 terdapat beberapa faktor yang mengaitkan antara peran media dan krisis itu sendiri. Pertama pemberitaan yang dilakukan secara gencar oleh media (khusunya televisi dan internet), terutama setelah kolapsnya Lehman Brothers membuat para investor panik. Bursa-bursa saham global mengalami tekanan aksi jual.nurunan indeks yang lebih dalam.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar